*Sihar Sebut Masyarakat Tidak Puas Kinerja Pemkab Jayapura, Ini Penyebabnya
Sentani,PapuaLink.Id – Ketua Fraksi Bhinneka Tunggal Ika (BTI) DPRD Kabupaten Jayapura, Sihar L. Tobing, S.H., menyebut masyarakat dalam hal ini ratusan siswa, orang tua siswa dan sejumlah guru SMPN 1 Sentani tidak percaya dan tidak puas lagi kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Jayapura.
Sihar Tobing menyebut hal itu saat memberikan keterangan kepada wartawan media online ini untuk menanggapi penyampaian aspirasi dari ratusan siswa, orang tua siswa dan para guru ketika Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) melakukan kunjungan ke Kabupaten Jayapura, Rabu, 31 Agustus 2022.
Keterangan pers yang disampaikan oleh Sihar Tobing ini ketika ditemui di Kantor DPRD Kabupaten Jayapura, Kompleks Perkantoran Bupati Jayapura, Gunung Merah, Sentani, Jumat, 2 Agustus 2022.
Sihar Tobing dengan tegas menyatakan penyebab ketidakpercayaan dan juga ketidakpuasan masyarakat itu akibat Pemerintah Daerah Kabupaten Jayapura tidak bisa menyelesaikan permasalahan SMPN 1 Sentani.
“Terkait penyampaian aspirasi, pertama itu saya ucapkan terima kasih kepada bapak Presiden RI Jokowi yang begitu peka terhadap aspirasi masyarakat atau keluhan masyarakat kecil yang langsung ditanggapi seketika. Sekali lagi, saya ucapkan terima kasih kepada pak presiden,” ucapnya.
“Tapi, sebenarnya situasi kemarin ketika siswa, orang tua siswa dan guru demo atau sampaikan aspirasi itu saya anggap sebagai bentuk ketidakpercayaan dan juga ketidakpuasan dari pihak sekolah, siswa dan juga orang tua siswa terhadap pemerintah daerah,” imbuh Legislator Partai Golkar Kabupaten Jayapura ini menambahkan.
Karena, sejak dari beberapa bulan lalu itu Bupati Jayapura Mathius Awoitauw sudah pernah sampaikan bahwa dalam waktu dekat akan kembali bersekolah seperti biasa.
“Namun, ini sudah dalam waktu lama juga belum bisa bersekolah secara biasa. Jadi, upaya yang dilakukan dari masyarakat, baik upaya orang tua siswa, termasuk guru dan siswa-siswa itu saya anggap sebagai bentuk kekecewaan terhadap masyarakat dan juga ketidakyakinan kepada pemerintah daerah tidak bisa menyelesaikan masalah SMPN 1 Sentani. Bagi saya itu bentuk dari ketidakpercayaan, buktinya masalah ini ke presiden bisa langsung selesai,” ujar pria yang juga Anggota Komisi A DPRD Kabupaten Jayapura tersebut.
Sihar mengatakan, bicara soal Rp3,5 miliar, itu bukan bicara soal penyelesaian secara permanen masalah di SMPN 1 Sentani.
“Dana Rp3,5 miliar itu merupakan bagian tuntutan dari keluarga Ondi terkait bayar biaya sewa selama 5 tahun pascaputusan di pengadilan. Kalau selama 5 tahun itu, berarti sampai di tahun 2023. Karena putusan di 2018 itu inkrah, jika hitung 5 tahun ke depan itu berarti sampai tahun 2023 mendatang,” katanya.
Dirinya mengungkapkan, setelah 2023, mau berapa miliar rupiah lagi yang harus dibayarkan pemerintah.
“Jadi, hemat saya itu kita pahamilah penyampaian aspirasi kemarin dari siswa-siswa, orang tua siswa, komite sekolah dan bahkan guru-guru itu tidak utuh diberitahukan persoalan sesungguhnya masalah tanah di SMPN 1 Sentani itu seperti apa ke pak presiden. Sehingga pembayaran Rp3,5 miliar itu bukan bentuk dari penyelesaian masalah secara permanen sekolah,” ungkapnya.
Sihar juga mengungkapkan, bahwa saudara Bupati Jayapura sampaikan bukannya tidak menyelesaikan, tetapi hati-hati dalam persoalan SMPN 1 Sentani.
“Sampai kapan pemerintah daerah atau saudara bupati hati-hati, kok dari dulu hati-hati. Sekarang ada Rp3,5 miliar, lalu apakah saudara bupati masih mau hati-hati terus lagi, sampai kapan hati-hati. Kasihan siswa-siswa disini, yang sangat rugi luar biasa. Kita bayangkan saja mereka numpang di beberapa sekolah dasar, pastinya mereka tidak bisa laksanakan kegiatan ekstrakurikuler, kemudian selama numpang mereka tidak punya lab bahasa dan komputer,” bebernya.
“Jadi, gak berfungsi kegiatan ekstrakurikuler dan tidak punya laboratorium sendiri. Maka bisa di jamin kualitas dari siswa SMPN 1 Sentani ke depan, kalau berlarut-larut ini akan merosot jauh dan jeblok, serta bisa-bisa SMPN 1 Sentani yang merupakan sekolah tertua ini akan ditinggalkan, padahal ini sekolah favorit,” tambah pria yang nyentrik dengan kacamata ini. (Irf)