John NR Gobai Ketua Alumni Teruna Bakti Waena
Jayapura,PapuaLink.Id – Hari ini yang kita tahu Sekolah SMA YPPK Teruna Bakti Waena Jayapura adalah sekolah yang dahulunya adalah SPG Teruna Bakti Waena, SGB Biak, dan ODO yang dibuka pertama di Fakfak kemudian pindah ke Nabire, kokonao dan kemudian ke lembah heram waena kota Jayapura.
Dan kini pada tanggal 1 September 2023 akan berusia ke 52 tahun dengan nama SMA YPPK Teruna Bakti Waena Jayapura, tentu bukan usia yang muda, sekolah ini telah tercatat sebagai salah satu sekolah tua di tanah Papua.
sekolah ini dahulu dibangun dengan pola kolese yaitu sekolah yang dilengkapi dengan sarana olahraga perpustakaan sama Putra asrama putri dan kapela.
Teruna Bakti artinya lebih sederhana dan dapat membantu siapa saja.
Sesuai dengan arti nama Teruna Bakti,sekolah ini telah melahirkan guru yang mengabdi di seluruh Tanah Papua dan guru-guru tersebut dalam melahirkan sejumlah orang dengan berbagai profesinya.Tentu juga dengan lulusan SMAnya.
Sekolah ini juga telah melahirkan pemimpin, pemimpin baik itu pemimpin keluarga, pemimpin kampung, pemimpin kelompok atau organisasi pemimpin distrik, pemimpin kantor atau badan di pemerintahan juga pemimpin umat termasuk juga pemimpin perusahaan.
Sekolah katolik ini terbuka untuk siapa saja datang menuntut ilmu termasuk asramanya baik asrama putra maupun asrama putri juga sangat terbuka untuk orang Papua non Papua Katolik dan non Katolik.
Maksud para Pastor Belanda membangun asrama adalah untuk membina anak-anak Papua dan non Papua untuk membangun kesadaran solidaritas dan kebersamaan untuk bersama menyiapkan diri membangun Tanah Papua sebagai sesama manusia dan juga sebagai sesama anak bangsa.
Bila Kita lhat hari ini dimana manusia hidup dengan ego kedaerahan, ego kelompok.
Saya merenungkan kembali maksud pendirian sekolah ini yang berpola kolese mungkin para Pastor Belanda telah memperhitungkan atau memprediksi bahwa pada suatu waktu orang Papua akan hidup dalam sekat sekat, kotak-kotak dengan egonya masing-masing Hal ini ditandai dengan banyak dibangunnya asrama-asrama pada masing-masing daerah kabupaten yang ada di tanah Papua bahkan sampai ke tingkat distrik pun orang membangun asramanya masing-masing.
Ini menjadi tantangan bagi kita apakah mau membangun kembali asrama-asrama yang pernah dibangun oleh para misionaris Belanda pada waktu lalu untuk terus membangun dan mempertahankan solidaritas dan kebersamaan generasi Papua hari ini untuk masa depan Papua atau kah hanya membangun seminari khusus Katolik yang rasanya bertentangan dengan arti Teruna Bakti.
Melalui momentum 52 tahun Teruna Bhakti waena Jayapura ini saya ingin mengingatkan kepada kita semua sebuah mandat dari Alumni Teruna Bakti yang kami terima telah kami disampaikan kepada dua Uskup baik Uskup Emeritius Keuskupan Jayapura maupun Uskup Jayapura untuk dapat mengembalikan Sekolah Teruna Bakti pada Pola Kolesenya dengan semangat membangun pendidikan di Tanah Papua.
Hal seperti yang pernah dilakukan pada waktu lalu oleh para misionaris Belanda pendidikan berpola Kolese yaitu adanya sekolah dan asrama putra dan putri, lapangan, kapela dan perpustakaan di Teruna Bakti Waena Jayapura, semua bangunannya masih ada dan lengkap tentu terkait pendanaan sudah tidak mungkin kita dimanjakan oleh belanda tetapi kita semua bersama harus mencari dana dengan modal awal yang telah ada dalam rekening pengurus alumni teruna bakti untuk menghidupkan kembali asrama putra teruna bakti waena jayapura sebagai satu kesatuan dengan asrama putri yang masih ada dengan nama asrama Santa Clara dan fasilitas lainnya yang telah alih fungsi dan berubah namanya agar dikembalikan atau direvitalisasi kepada Sekolah berasrama Teruna Bakti Waena Jayapura.(Redaksi)