Asmat,Papualink.id – Bupati Asmat, Elisa Kambu, mengungkap saat ini pemerintah daerah sedang berusaha keras untuk mengangkat harkat dan martabat masyarakat. Dia ingin, seluruh warga Asmat dapat mendapatkan hidup yang layak.
Karena itu, Elisa Kambu mengatakan, pemerintah masih terus berusaha untuk mencapai mimpi dan cita-cita tersebut. Pasalnya, Elisa ingin, masyarakat di Kabupaten Asmat, Papua Selatan bisa mendapatkan kesehatan dan pendidikan yang baik.
“Jadi memang itu pergumulan kita di sini, kita berupaya untuk bagaimana bisa supaya mengangkat harkat martabat masyarakat lokal di sini,” kata Bupati Asmat Elisa Kambu, Sabtu (16/3/24).
Bupati Asmat 2 periode ini menjelaskan, untuk mencapai mimpi besar tersebut memang banyak tantangan yang harus dihadapi. Tantangan itu seperti sumber daya manusia (SDM) dan infrastuktur di Kabupaten Asmat. Maka dari itu, dia telah menyiapkan langkah-langkah untuk menghadapi tantangan tersebut.
“Akses yang belum dan tugas pemerintah mengerjakan begitu untuk mengedukasi, mendorong bahwa saat ini kesempatan untuk sekolah itu penting, sehat itu penting,” ungkapnya.
Elisa sendiri menginginkan seluruh anak-anak di Asmat bisa mendapatkan pendidikan yang layak. Sebab, menurutnya, pendidikan merupakan hal yang penting untuk mewujudkan cita-cita dan mimpi besar tersebut.
“Maka, sekolah itu penting dengan sekolah yang baik kita bisa bikin dusun di mana saja. Ke Jakarta kita bisa beli rumah lagi di sana, tanah, kerja di tempat lain,” bebernya.
Sebelumnya, Elisa mengungkap sejumlah tantangan yang dihadapi pemerintah untuk memajukan Asmat. Termasuk terkait masalah topografi Asmat yang 80 persen adalah daerah rawa-rawa.
“Kalau dilihat dari medan Asmat ya tantangan terberat bagi kami yang ada di Asmat. Pertama, itu medan yang mana topografi Asmat itu 80 persen rawa, pasang surutnya tinggi,” imbuhnya.
Maka dari itu, lantaran masalah topografi tersebut membuat akses mobilitas masyarakat di Asmat menjadi sulit. Apalagi bagi warga yang dari kampung atau distrik hendak menuju ke daerah ibu kota kabupaten.
“Untuk akses mobilisasi perpindahan masyarakat dari satu titik ke titik lain, dari kampung ke kota, dari distrik ke kota itu cukup berat dan menantang,” ungkapnya.
Selain itu juga menurut Elisa Kambu, masalah lain yang menjadi tantangan dalam membangun Asmat adalah karena penyebaran masyarakat. Maka dari itu, dirinya cukup kesulitan untuk menyelesaikan masalah ini.
“Karena topografi seperti ini jadi konstruksi yang ada di Asmat itu konstruksi kayu dan panggung. Di samping itu penyebaran masyarakat Asmat yang terpencar, tidak terkonsentrasi di satu titik tertentu,” tuturnya.
Pasalnya, dikatakan Elisa, perbadan masyarakat di Asmat juga menjadi salah satu alasan masalah tersebut. Sebab, masyarakat Asmat baru bersentuhan dengan wilayah lain pada tahun 1956.
“Peradaban yang diletakan di Asmat juga belum terlalu lama. Kita, Asmat bersentuhan dengan wilayah lain itu baru 1956. Nah, itu kurang lebih sudah mau 70 tahun,” pungkasnya.(Redaksi)